Gunung Salak sejak jaman dahulu sudah sering dikunjungi oleh para pejiarah, dahulu terdapat patunpemujaan di puncak gunung Salak. Terdapat juga makam Embah Gunung Salak yang sering dikunjungi para pejiarah. Di kaki Gunung Salak banyak terdapat tempat-tempat keramat, makam keramat ada juga pura dengan sebutan Kuil Prabu Siliwangi . Pendakian terbaik dilakukan pada musim kemarau, karena pada musim penghujan jalur menjadi becek seperti rawa, licin sekali dan banyak lintah. Selain itu angin seringkali bertiup kencang.
Gunung
ini dapat didaki dari beberapa jalur diantaranya jalur yang umum sering
dipakai adalah jalur dari Wana Wisata Cangkuang Kecamatan Cidahu
Kabupaten Sukabumi, dari Cangkuang ini ada dua jalur yakni jalur lama
yang menuju puncak Gunung Salak 1 dan jalur baru yang menuju Kawah Ratu.
Jalur yang penuh dengan nuansa mistik untuk berjiarah adalah jalur dari
Wana Wisata Curug Pilung, Desa Giri Jaya, Kecamatan Cidahu, Kabupaten
Sukabumi.
JALUR CANGKUANG CIDAHU
Wana
Wisata Cangkuang Cidahu ini selain menjadi tempat perkemahan dengan
pemandangan air terjun yang indah, sering digunakan para pengunjung
untuk menuju ke Kawah Ratu. Dari Jalur ini pendaki juga dapat menuju ke
puncak gunung Salak I. Dari Jakarta kita dapat menggunakan bus jurusan
Sukabumi atau kereta api dari Bogor jurusan Sukabumi turun di Cicurug.
Selanjutnya dari Cicurug disambung dengan mobil angkot jurusan Cidahu.
Di
sekitar pintu masuk Wana Wisata ini terdapat tempat-tempat yang nyaman
untuk berkemah, juga banyak terdapat warung-warung makanan. Untuk menuju
ke air terjun kita harus turun ke bawah dari MCK di dekat pintu masuk
pendaftaran. Untuk menuju ke Kawah Ratu diperlukan waktu sekitar 3-5 jam
perjalanan, sedangkan untuk menuju ke puncak Gunung Salak I diperlukan
waktu sekitar 8 jam.
Dari Bumi perkemahan
menuju Shelter I Jalur awal curam berupa batu-batuan yang ditata rapi.
Kita mulai memasuki kawasan hutan tropis yang lebat dengan pohon-pohon
yang besar, sekitar 1/2 jam kemudian kita akan menempuh jalur yang
berfariasi, datar, naik dan turun.
Menuju
Shelter II jalur mulai lembab dan basah, dimusim penghujan banyak
terdapat pacet. Beberapa sungai kecil akan kita lewati, namun bila musim
kemarau sungai ini akan kering. Kita akan menyusuri jalur yang banyak
ditumbuhi pohon-pohon pisang, namun jangan berharap menemukan buah
pisang yang matang karena daerah ini banyak di huni monyet. Bila hari
menjelang sore kita akan menyaksikan monyet-monyet bergelantungan di
sarang mereka disekitar jalur ini.
Di Shelter
II ini terdapat tempat yang cukup luas untuk mendirikan tenda, dengan
pemandangan hutan tropis yang masih lebat. Di dekat Shelter II ini
terdapat sungai yang kering pada saat musim kemarau.
Menuju
Shelter III kita akan melewati jalan-jalan yang becek, berlumpur dan
banyak pacet terutama di musim hujan. Di beberapa tempat jalur berupa
tanah licin yang curam, namun kita masih agak tertolong adanya akar-akar
pohon. Shelter III tempatnya luas dan terdapat sungai yang jernih, di
tempat ini pendaki dapat mendirikan tenda.
Untuk
menuju Shelter IV jalur semakin curam terutama di musim hujan licin
sekali karena berupa tanah merah. Di beberapa tempat kita akan melewati
tempat-tempat becek yang kadang kedalamannya mencapai dengkul kaki.
Jalur akan semakin parah pada saat musim hujan dan banyak sekali pacet.
Kita akan melewati dua buah sungai yang jernih airnya, sebaiknya kita
mengambil air bersih disini karena disini lah sumber air bersih terakhir
terutama di musim kemarau.
Shelter IV berupa
persimpangan jalan, untuk menuju ke Kawah Ratu ambil jalan ke kiri,
sedangkan untuk menuju ke puncak Gunung Salak ambil jalur ke kanan. Di
shelter IV yang cukup luas ini pendaki juga dapat mendirikan tenda. Di
sebelah kanan shelter IV terdapat sungai kecil yang kering dimusim
kemarau.
MENUJU KAWAH RATU
Dari
Shelter IV masih diperlukan waktu sekitar 1 jam untuk menuju Kawah
Ratu. Kawah ini terdiri 3 kawah; Kawah Ratu (paling besar), Kawah Paeh
(kawah mati), Kawah Hurip (kawah hidup). Kawah Ratu termasuk kawah aktif
dan secara berkala mengeluarkan gas berbau belerang.
Dianjurkan
agar berhati -hati setibanya di kawasan Kawah Ratu, perhatikan jalan
yang dilalui. Di kiri-kanan tampak letupan -letupan kecil kawah aktif
yang bersuhu sangat panas. Kawah ratu berupa sungai dengan batu-batuan
belerang yang menghasilkan panas, air yang mengalir terasa hangat ada
juga yang sangat panas. Banyak wisatawan baik tua maupun anak-anak
datang ketempat ini untuk mandi dan melumuri badan dengan belerang yang
berkasiat menghilangkan penyakit kulit maupun memutihkan badan.
Sebaiknya kita tidak berlama-lama di Kawah Ratu terutama di musim
penghujan. Dilarang mendirikan tenda di Kawah Ratu dan tidak minum air
Kawah Ratu yang sudah bercampur dengan air belerang.
MENUJU PUNCAK GUNUNG SALAK
Dari
Shelter IV kita berbelok ke kanan setelah melewati sungai kecil kita
akan bertemu dengan jalur lama di sebuah tempat yang agak luas. Untuk
menuju ke puncak kita berjalan ke kiri mengikuti pagar kawat berduri.
Jalur agak landai menyusuri punggung gunung yang becek dan di selimuti
hutan lebat. Di sisi kiri dan kanan jalur ini banyak ditumbuhi pohon
pandan yang daunnya berduri tajam menghalangi jalan, sehingga kita perlu
agak hati-hati.
Di musim penghujan jalur ini
sangat becek seperti rawa-rawa dan banyak pacet/lintah. Berhubung jalur
ini jarang dilalui dan seringkali hilang tertutup pohon dan rumput
sebaiknya membawa golok untuk membuka jalur. Setelah 1 jam melintasi
rawa-rawa Jalur semakin curam melintasi akar-akar pohon dan bebatuan
menyusuri sisi tebing yang sangat berbahaya. Jalur kadang sedikit
menurun, agak landai, kemudian kembali menanjak tajam. 1 jam kemudian
kita akan sampai di Shelter 3 jalur lama.
Dari
Shelter 3 menuju Shelter 4 kita membutuhkan waktu sekitar 1 jam dengan
melintasi akar-akar pohon, yang tertutup tanah lunak sehingga kaki bisa
kejeblos. Bila angin bertiup kencang maka pohon-pohon akan bergoyang dan
tanah yang kita injak pun akan bergoyang. Dari tempat ini kita dapat
melihat Kawah Ratu dengan sangat jelas. Di sekitar daerah ini kadangkala
kita akan mencium bau belerang yang berasal dari Kawah.
Jalur
ini sangat sempit dengan sisi kiri kanan berupa jurang yang curam dan
dalam. Jalur berfariasi sedikit turunan kemudian sedikit landai, lalu
kita mulai mendaki punggung yang curam kembali. Shelter IV ada sedikit
ruang untuk mendirikan 1 buah tenda kecil dengan sisi kanan berupa
jurang. Bau belerang yang berasal dari Kawah Ratu kadang tercium ketika
angin bertiup ke arah puncak gunung.
Sekitar 1
jam menuju Shelter 5 jalur sedikit menurun kemudian kembali menanjak
tajam, menyusuri punggung gunung di antara akar-akar pohon-pohon.
Kemudian kita akan memanjat tebing batu curam, kedua tangan kita harus
mencari pegangan batu, sehingga semua barang bawaan harus diikat atau
dimasukkan kedalam tas. Di Shelter 5 pendaki dapat mendirikan tenda,
tempat ini agak luas sehingga bisa digunakan untuk mendirikan beberapa
tenda.
Menuju Shelter 6 memerlukan waktu
sekitar 1 Jam Jalur semakin curam dan berbahaya, jalur begitu sempit
sehingga tidak ada tempat untuk beristirahat. Menuju Shelter 7 jalur
semakin curam dan berbahaya kita perlu waktu sekitar 1 jam untuk mendaki
punggung gunung yang semakin menanjak. Jalur kebanyakan melintasi
akar-akar pohon sehingga bila angin bertipu kencang kita pun akan
bergoyang-goyang sehingga menggetarkan jantung.
Dari
Shelter 7 kita hanya membutuhkan waktu sekitar 30 menit untuk menuju
puncak gunung Salak I, jalur sudah tidak terlalu curam lagi, masih
melintasi akar-akar pohon dan batu-batuan berselimut tanah gembur.
Puncak
gunung Salak I masih banyak ditumbuhi pohon-pohon besar, tempat ini
sangat luas dapat digunakan untuk mendirikan beberapa tenda. Terdapat
beberapa makam kuno salah satunya makam Embah Gunung Salak. Terdapat
juga sebuah pondok untuk beristirahat bagi para pejiarah, Air hujan dari
pondok ini ditampung dalam sebuah bak penampungan, sehingga dapat
digunakan oleh para pendaki dan para pejiarah. Angin kencang sering
bertiup, terutama di musim penghujan.
Untuk
mendaki gunung Salak sebaiknya dilakukan pada pertengahan musim kemarau,
biasanya jalur tidak terlalu becek, kemungkinan hujan tidak turun,
tidak ada pacet / lintah, angin tidak terlalu kencang. Di musim
penghujan jalur tertutup tanaman harus membawa golok untuk membuka jalur
terutama alang-alang dan daun pandan yang berduri tajam. Lakukan
pendakian pada siang hari karena pendakian di malam hari sangat
berbahaya berhubung banyaknya jalur-jalur yang sempit menyusuri jurang,
juga banyaknya jalur yang memerlukan bantuan kedua tangan kita untuk
berpegangan sehingga sulit memegang lampu senter.
JALUR CANGKUANG CIDAHU
Rute
1 Wanawisata Cangkuang Cidahu
2 Shelter 1 ( Jalur Baru )
3 Shelter 2 ( Jalur Baru )
4 Shelter 3 ( Jalur Baru ) tempat berkemah, ada sungai
5 Shelter 4 ( Jalur Baru ) tempat berkemah, ada sungai kecil
6 Kiri Ke Kawah Ratu / Kanan Ke Puncak Gunung Salak I
7 Shelter III ( Jalur Lama )
8 Shelter IV ( Jalur Lama )
9 Shelter V ( Jalur Lama )
10 Shelter VI ( Jalur Lama )
11 Shelter VII ( Jalur Lama )
12 Puncak Gunung Salak I
JALUR GIRI JAYA ( CURUG PILUNG )
Untuk
menuju puncak Gunung Salak pendaki dapat melalui Jalur Giri Jaya dengan
waktu tempuh sekitar 5 – 8 jam perjalanan. Jalur ini tepatnya berada di
Wana Wisata Curug Pilung, Desa Giri Jaya, Kecamatan Cidahu, Kabupaten
Sukabumi. Untuk menuju desa Giri Jaya dapat ditempuh dengan menggunakan
kendaraan Ojek dari Cicurug dengan ongkos sekitar Rp. 7.500,- Atau
pendaki dapat berjalan kaki dengan waktu tempuh sekitar 3 jam
perjalanan. Tidak ada kendaraan umum yang menuju Giri Jaya sehingga
tempat ini tidak begitu dikenal.
Sesampainya
kita di pintu masuk Wana Wisata Curug Pilung, dengan berjalan kaki
beberapa meter kita akan melihat gapura pintu masuk Pasareyan Eyang
Santri. Kita akan melewati kompleks makam yang penuh suasana magis.
Jalan setapak di kompleks Pasareyan Eyang Santri sangat bersih dan rapi.
Makam keramat ini seringkali dikunjungi oleh para pejiarah dari luar
Sukabumi.
Dari kompleks pasareyan Eyang Santri
kita berjalan melalui rumah-rumah penduduk, kemudian akan sampai di
kebun-kebun penduduk. Setelah berjalan sekitar 15 menit kita akan sampai
disebuah tempat yang sering digunakan Eyang Santri untuk bertapa. Di
pertapaan ini terdapat MCK, pendaki harus mengambil air bersih disini
karena selebihnya hingga mencapai puncak tidak terdapat mata air.
Terdapat Air terjun yang sangat indah di bawah pertapaan Eyang Santri,
air terjun Curug pilung di atasnya lebar seperti danau, baru airnya
tumpah membentuk air terjun. Para pendaki yang berkemah di sekitar
tempat ini harus berhati-hati, karena sering diganggu oleh babi hutan.
Biasanya para pendaki menginap di Pondok Pak Irwan. Pak Irwan sangat
baik banyak membantu para pendaki yang kesasar turun melalui jalur ini
setelah mendaki Gunung Salak.
Dari Pertapaan
Eyang Santri jalur masih agak landai melewati pohon-pohon damar yang
masih pendek, di siang hari sangat panas namun pemandangan sangat indah.
Bila cuaca bagus kita dapat menyaksikan puncak Gunung Gede dan
Pangrango dengan sangat jelas. Lereng-lereng Gunung Salak sangat indah
sekali, banyak ditumbuhi pohon-pohon besar dan lebat. Kita mulai
memasuki kawasan hutan tropis. Sekitar 1 jam perjalanan jalur masih agak
landai melewati jalan air yang sempit dan licin. Di beberapa tempat
banyak ditumbuhi pohon pisang dan pandan.
Jalur
mulai menanjak curam melewati tanah yang lunak sehingga sangat licin,
di musim penghujan jalur ini sangat licin sekali dan banyak terdapat
pacet. Di sisi jalur juga sering kita jumpai pohon pandan dengan daun
yang berduri tajam menghalangi jalur. Pendaki tidak akan menemukan
tempat yang cukup luas dan kering untuk mendirikan tenda. Sekitar 3
hingga 4 jam perjalanan kita akan sampai di sebuah makam Pangeran
Santri. Di sekitar makam keramat ini terdapat mushola dan sebuah pondok.
Di belakang pondok terdapat bak penampungan air yang berasal dari pipa
saluran air.
Dari makam Pangeran Santri ini
jalur semakin curam melewati akar-akar pohon dan tanah, sekitar 2 jam
perjalanan kita akan sampai di pertemuan jalur yang berasal dari
Cangkuang, tepatnya di shelter VII.
Dari
Shelter VII jalur sudah mulai agak landai melewati akar-akar pohon.
Sekitar 1/2 jam kemudian kita akan sampai di puncak Gunung Salak I. Di
puncak gunung Salak I ini terdapat makam Embah Gunung Salak yang nama
aslinya Raden K.H. Moh. Hasan Bin Raden K.H. Bahyudin Braja Kusumah.
Tidak jauh dari makam Embah Gunung Salak, terdapat makam kuno yang lain,
yakni makam Raden Tubagus Yusup Maulana Bin Seh Sarip Hidayatullah.
1 Cicurug (Jakarta -Sukabumi)
2 Wana Wisata Curug Pilung, Desa Giri Jaya, Kecamatan Cidahu
3 Pertapaan Eyang Santri
4 Perkebunan Damar
5 Hutan
6 Makam Pangeran Santri
7 Shelter VII
8 Puncak Gn. Salak 1
JALUR GIRI JAYA ( CISAAT – CICURUG )
Untuk
menuju ke desa Girijaya dari Jakarta naik bus (kereta) jurusan Sukabumi
turun di Cicurug, kemudian disambung dengan menggunakan mobil angkot ke
Desa Giri Jaya, Kecamatan Cidahu, Kabupaten Sukabumi. yang hanya ada di
pagi hari. Dapat juga di tempuh dengan menggunakan kendaraan ojeg yang
ongkosnya berkisar Rp.10.000,- bila ingin berjalan kaki dapat memakan
waktu sekitar 3,5 jam.
Pendakian di mulai dari
gapura pintu masuk, menyusuri jalan berbatu. Di kiri kanan terdapat
perkebunan, persawahan, dan pemukiman penduduk. Di sebelah kiri jalur
terdapat sungai kecil yang sangat jernih, di sinilah pendaki harus
mempersiapkan air untuk perjalanan karena di sepanjang perjalanan tidak
terdapat mata air. Di depan mata kita nampak puncak gunung Salak dengan
sangat anggunnya.
Dengan menyusuri punggungan
bukit yang ditumbuhi semak-semak diselingi pohon jenis paku-pakuan kita
bisa memandang lereng punggung gunung salak lainnya yang menjadi jalur
Girijaya melalui Wana Wisata Curug Pilung. Dari kejauhan nampak pondok
Irwan yang jauh dari pemukiman penduduk ditengah-tengah perkebunan
damar. Tampak juga bangunan tembok berwarna putih yang kokon menjadi
tempat bertapa Eyang Santri. Dibelakangnya tampak pula punggungan bukit
yang membentuk jalur Cangkuang, Javana Spa nampak dari kejauhan berada
ditengah-tengah rerimbunan kehijauan hutan tropis di lereng Gn. Salak.
Setelah
berjalan sekitar 2 jam kita mulai memasuki kawasan yang ditumbuhi
pohon-pohon besar. Beberapa pohon telah ditebangi sehingga apabila
pohon-pohon besar di punggungan gunung ini habis dikawatirkan jalur
pendakian ini akan menjadi terbuka dan panas. Selanjutnya kita melintasi
kawasan hutan jalur agak sempit dan licin terutana di musim hujan.
Jalur pendakian seringkali tertutup oleh daun-daun yang berguguran,
sehingga tanah apalagi bekas tapak kaki kadangkala tidak terlihat. Untuk
itu sebaiknya melakukan pendakian di siang hari, begitu juga untuk
turun gunung sebaiknya dilakukan di siang hari.
Sekitar
3 jam perjalanan kita akan sampai di makam Kanjeng Pangeran Santri. Di
sekitar kompleks Makam Keramat ini terdapat bangunan pondok untuk para
pejiarah, juga terdapat Mushola dan bak penampungan air untuk keperluan
sembahyang, masak, mandi, terdapat juga sebuah WC sederhana.
Dari
makam Pangeran Santri ini jalur semakin curam melewati akar-akar pohon
dan tanah, dengan menempuh waktu sekitar 2 jam perjalanan kita akan
sampai di pertemuan jalur yang berasal dari Cangkuang, tepatnya di
shelter VII.
Dari Shelter VII jalur sudah mulai
agak landai melewati akar-akar pohon. Sekitar 1/2 jam kemudian kita
akan sampai di puncak Gunung Salak I. Di puncak gunung Salak I ini
terdapat makam Embah Gunung Salak yang nama aslinya Raden K.H. Moh.
Hasan Bin Raden K.H. Bahyudin Braja Kusumah. Tidak jauh dari makam Embah
Gunung Salak, terdapat makam kuno yang lain, yakni makam Raden Tubagus
Yusup Maulana Bin Seh Sarip Hidayatullah.
1 Cicurug (Jakarta -Sukabumi)
2 Cisaat
3 Desa Giri Jaya, Kecamatan Cidahu
4 Gapura pintu masuk Gn. Salak
5 Kebun dan Persawahan
6 Hutan
7 Makam Pangeran Santri
8 Shelter VII
9 Puncak Gunung Salak 1
PASIR RENGIT
Jalur
pendakian dari Pasir Rengit, Cibatok ini untuk menuju ke Kawah Ratu
medannya menanjak dan berbatu dengan air terjun Pasir Reungit di awal
pendakian. Di rute ini bisa di jumpai dua kawah berukuran kecil, yakni
kawah Monyet dan kawah Anjing. Pada musim hujan beberapa bagian medannya
berubah menjadi saluran air alami.
Di sekitar
desa Pasir Reungit terdapat Bumi Perkemahan dan tiga air terjun yakni,
curug Cigamea satu, curug Cigamea dua, dan curug Seribu, yang dapat
disinggahi sebelum ke Kawah Ratu.
Untuk menuju
ke Pasir Reungit dari stasiun Bogor naik mobil angkot jurusan Bebulak.
Kemudian dari terminal Bebulak disambung dengan mobil jurusan
Leuwiliang, turun di simpang Cibatok. Dari Cibatok disambung lagi dengan
mobil angkutan pedesaan ke Gunung Picung atau Bumi Perkemahan Gunung
Bunder yang berakhir di Pasir Reungit.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar