Ini kisah desa di tepian Kota Semarang.
Di sudut desa Kramas, di sebuah kebun terdapat jurang yang cukup curam. Di bawah jurang terdapat semak belukar dan pepohonan yang rimbun. Jalan akses masuk sangat curam sehingga jarang dimasuki orang sampai sekarang. Lokasi ke tebing jurang juga sulit dijangkau karena rimbun, melewati kebun yang cukup luas.
Beberapa tahun lalu, warga desa Kramas pernah digegerkan karena ditemukan jejak kaki binatang buas seperti macan atau harimau. Jejak kaki itu menyusur dari pinggir kebun sampai ke tepi jurang.
“Saya sempat melihat jejak kaki itu ,saya ikuti lenyap di tepi jurang,” ujar Gunarso (40), warga Kramas menceritakan kejadian menggemparkan itu.
Saat ditemukan jejak itu, beberapa hari warga tidak berani keluar rumah karena ketakutan. Mereka tidak menduga bahwa masih ada macan yang hidup di desa yang banyak dihuni warga itu. Padahal penampakan terakhir macan itu sekitar tahun 1995-1998.
Jejak kaki macan itu mengingatkan warga kejadian sekitar tahun 1990-an. Saat itu ada warga yang nekat turun ke jurang ingin mengetahui kondisinya. Ternyata dia menemukan anak macan lalu di bawa ke rumahnya.
Malam harinya terjadi kehebohan, induk macan itu berkeliaran dari ujung desa ke ujung desa. Suara geramannya yang keras membuat warga ketakutan. Dengusannya jelas terdengar dari rumah warga yang berdinding papan. Induk macam itu berkeliling mencari anaknya yang dibawa warga.
Sesampai di dekat rumah orang yang menyimpan anak macan itu, induk macan mengaum keras, kakinya menggaruk-garuk dinding rumah berkali-kali menimbulkan suara berisik. Semalamana macan itu menteror pemilik rumah, menggeram-geram di samping rumah.
Pemilik rumah pun menggigil ketakutan tak berani mengintip keluar rumah. Akhirnya keesokan paginya, buru-buru anak macan itu dikembalikan ke dalam jurang. Setelah itu gangguan macan tak muncul lagi. Suasana kembali tenang.
Bertahun-tahun tak terdengar kabar tentang macan itu lalu muncul lagi jejak kaki macan beberapa tahun lalu.
“Mungkin macan itu masih hidup di bawah jurang, soalnya tidak ada yang berani mengecek ke bawah. Misalnya masih hidup menjadi unik dan aneh ada macan di kota, biasanya kan di gunung atau hutan,” ujar Gunarso.
Di Wikipedia disebutkan macan tutul jawa (Panthera pardus melas) atau macan kumbang adalah salah satu subspesies dari macan tutul jawa yang hanya ditemukan di hutan tropis, pegunungan dan kawasan konservasi pulau jawa. Macan tutul ini memiliki dua variasi warna kulit yaitu berwarna terang (oranye) dan hitam (macan kumbang).
Dibandingkan dengan macan tutul lainnya, macan tutul jawa berukuran paling kecil, dan mempunyai indera penglihatan dan penciuman yang tajam. Subspesies ini pada umumnya memiliki bulu seperti warna sayap kumbang yang hitam mengilap, dengan bintik-bintik gelap berbentuk kembangan yang hanya terlihat di bawah cahaya terang.
Bulu hitam Macan Kumbang sangat membantu dalam beradaptasi dengan habitat hutan yang lebat dan gelap. Macan Kumbang betina serupa, dan berukuran lebih kecil dari jantan. Macan tutul merupakan satu-satunya kucing besar yang masih tersisa di Pulau Jawa.
Sumber: http://nasional.news.viva.co.id/news/read/625644-keanehan-jejak-kaki-macan-di-tembalang-semarang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar