Jakarta - Taman Nasional Ujung Kulon merupakan cagar alam yang menyimpan banyak keanekaragaman flora dan fauna. Terletak di kawasan paling barat pulau Jawa, Ujung Kulon juga dikenal sebagai habitat alami badak jawa yang saat ini dikenal sebagai satu dari 10 satwa yang sedang diambang kepunahan.
Taman Nasional Ujung Kulon merupakan sebuah kawasan hutan lindung dengan luas 122.956 hektar yang termasuk ke dalam wilayah privinsi Banten. Dari 122 ribuan kawasan Ujung Kulon, 32 ribu hektar merupakan habitat tetap badak jawa.
Selain menjadi habitat bagi badak jawa, Ujung Kulon merupakan hutan hujan tropis yang masih tersisa di Pulau Jawa. Ujung Kulon saat ini juga dikenal sebagai situs warisan alam dunia oleh United Nations Educational Scientific and Cultural Organization (UNESCO).
Berbatasan langsung dengan Samudera Hindia di sebelah selatan, bukan tak mungkin kawasan tersebut suatu saat nanti dapat menjadi sebuah objek wisata bagi wisatawan yang ingin menikmati keindahan alam habitat alami hewan bercula satu tersebut. Saat ini hanya peneliti atau pengunjung dengan izin khusus yang bisa masuk.
Namun, apabila melihat peta di sebelah barat Ujung Kulon terdapat sebuah pulau yang bernama Pulau Peucang. Pulau tersebut saat ini yang sedang dikembangkan untuk menarik para wisatawan regional maupun internasional untuk berkunjung ke Ujung Kulon.
Kembali ke TN Ujung Kulon, kawasan konservasi ini merupakan habitat badak Jawa dan salah satu spesies yang terancam punah. Saat ini populasi badak Jawa di seluruh dunia hanya 60 ekor dan hanya terdapat di Ujung Kulon. Oleh karena itu, saat ini Taman Nasional Ujung Kulon mempunyai misi menjadi breeding stock (sumber makanan) serta tempat tinggal bagi badak jawa.
Sejak tahun 1967, konservasi serta penelitian untuk perlindungan badak jawa telah dilakukan oleh peneliti serta pemerhati lingkungan di kawasan Ujung Kulon. Beberapa hal yang telah dilakukan adalah memasang 120 video trap di setiap pohon di kawasan Ujung Kulon untuk mengamati gerak gerik serta keseharian badak jawa untuk meneliti gaya hidup mereka.
Selain itu untuk mengantisipasi berkurangnya habitat saat ini pengelola taman nasional yang dibantu oleh NGO lingkungan seperti World Wildlife Fund (WWF), juga berencana untuk mencari second habitat bagi satwa ini. Sekitar 5 ribu hektar lahan baru di beberapa titik cagar alam serta hutan lindung di Banten sedang diteliti dan disurvei oleh para ahli untuk menemukan habitat baru bagi hewan ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar